Bayangkan sebuah gula batu yang dapat menyatukan diri kembali setelah dilarutkan. Hal itu tidaklah mustahil, tapi kemungkinan hal itu terjadi luar biasa kecilnya. Meskipun demikian, proses-proses mustahil seperti itu tampaknya terjadi sepanjang waktu pada makhluk hidup. Hai ini dikarenakan makhluk hidup (tidak seperti semua jenis zat lainnya) dapat meggunakan energi untuk menjadi semakin teratur seiring berlalunya waktu.
Organisme-organisme mikroskopik yang disebut diatom menunjukkan betapa berartinya beberapa proses semacam itu. Diatom hidup di air da menyokong hidupnya sendiri dengan cara membuat selubung sarat hiasan yang terbuat dari silika (mineral yang digunakan untuk membuat kaca). Di air, kadar silika seringkali sangatlah rendah (hanya beberapa bagian per juta) yang jauh lebih rendah daripada kadar gula dalam ssecangkir kopi. Namun bagaimanapun juga, diatom berhasil mengumpulkan silika yang tersebar itu dan membentuknya dengan cara yang amat kompleks.
Sepintas lalu, proses ini seolah melanggar sebuah prinsip fisika yang penting (hukum kedua termodinamika). Hukum ini menyatakan bahwa setiap kali energi diteruskan atau ditransformasikan, sebagian diantaranya selalu berubah menjadi bentuk yang tidak dapat digunakan. Sebagian hasilnya, ketidakteraturan selalu cendurung mengalami peningkatan. Dalam istilah fisika, entropi sistem peningkatan.
Kekuatan Pendorong
Hukum-hukum fisika berlaku untuk semua jenis zat, jadi bagaimana bisa diatom (dan juga makhluk hidup lainnya) berhasil menjungkirbalikkan hukum tersebut?jawabannya adalah sebenarnya mereka tidak melanggarnya. Jika dipandang secara terpisah, satu diatom tentunya menjadi semakin teratur, tapi itu hanyalah sebagian saja dari cerita utuhnya. Dilihat secara keseluruhan, diatom dan lingkungannya menjuadi semakin tidak teratur seiring berlalunya waktu, sebab energi dan bahan-bahan mentah pada akhirnya menjadi semakin terpencar. Diatom dapat terus tumbuh dan bereproduksi semata karena suplai baru energi tiba sepanjang waktu, dalam bentuk sinar matahari. Jika suplai energi itu terputus, diatom akan mati dengan cepat dan ketidakteraturan pun segera menyusul.
Apa yang berlaku untuk diatom, berlaku pula untuk semua makhluk, tidak peduli apa sumber energinya. Kehidupan laksana mesin: tanpa suplai energi terus menerus, pada akhirnya kehidupan pun terhenti.
Organisme-organisme mikroskopik yang disebut diatom menunjukkan betapa berartinya beberapa proses semacam itu. Diatom hidup di air da menyokong hidupnya sendiri dengan cara membuat selubung sarat hiasan yang terbuat dari silika (mineral yang digunakan untuk membuat kaca). Di air, kadar silika seringkali sangatlah rendah (hanya beberapa bagian per juta) yang jauh lebih rendah daripada kadar gula dalam ssecangkir kopi. Namun bagaimanapun juga, diatom berhasil mengumpulkan silika yang tersebar itu dan membentuknya dengan cara yang amat kompleks.
Sepintas lalu, proses ini seolah melanggar sebuah prinsip fisika yang penting (hukum kedua termodinamika). Hukum ini menyatakan bahwa setiap kali energi diteruskan atau ditransformasikan, sebagian diantaranya selalu berubah menjadi bentuk yang tidak dapat digunakan. Sebagian hasilnya, ketidakteraturan selalu cendurung mengalami peningkatan. Dalam istilah fisika, entropi sistem peningkatan.
Kekuatan Pendorong
Hukum-hukum fisika berlaku untuk semua jenis zat, jadi bagaimana bisa diatom (dan juga makhluk hidup lainnya) berhasil menjungkirbalikkan hukum tersebut?jawabannya adalah sebenarnya mereka tidak melanggarnya. Jika dipandang secara terpisah, satu diatom tentunya menjadi semakin teratur, tapi itu hanyalah sebagian saja dari cerita utuhnya. Dilihat secara keseluruhan, diatom dan lingkungannya menjuadi semakin tidak teratur seiring berlalunya waktu, sebab energi dan bahan-bahan mentah pada akhirnya menjadi semakin terpencar. Diatom dapat terus tumbuh dan bereproduksi semata karena suplai baru energi tiba sepanjang waktu, dalam bentuk sinar matahari. Jika suplai energi itu terputus, diatom akan mati dengan cepat dan ketidakteraturan pun segera menyusul.
Apa yang berlaku untuk diatom, berlaku pula untuk semua makhluk, tidak peduli apa sumber energinya. Kehidupan laksana mesin: tanpa suplai energi terus menerus, pada akhirnya kehidupan pun terhenti.
0 komentar:
Post a Comment